Minggu, 10 Oktober 2021

1.4.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 8_Risdani

1.4.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 8_Risdani
Calon Guru Penggerak
Angkatan 3
Kabupaten Kepulauan Selayar

Model 2: Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL)

Sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian,  karakter murid tumbuh dengan baik. Sebagai seorang pendidik, kita dapat menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah dengan  menjadi pendengar aktif yang menyimak apa yang dikatakan siswa meskipun yang dikatakan tersebut  hanya masalah sepele, menciptakan dan mempertahankan suasana kelas yang menarik dan menyenangkan, memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan berinovatif, menciptakan suasana saling menghargai, berbagi, dan mendukung satu sama lain, serta meminimalkan persaingan.

Urgensi suasana positif di lingkungan sekolah saya berupa sikap peduli dan menghargai siswa Misalnya: memberi mereka sebuah senyum dan salam hangat di pagi hari, memuji mereka ketika memiliki sepatu baru, memanggil siswa dengan namanya, meminta siswa melakukan sesuatu sambil menghampirinya,  menerapkan budaya 3 kata kunci "Maaf, Tolong, Terima  Kasih".Kelas yang aman dan nyaman merupakan impian  semua guru. Untuk mewujudkan impian tersebut, Seorang guru perlu memiliki teknik pengelolaan kelas yang tepat untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Di samping itu, penting untuk membangun pendekatan yang partisipatif, di mana siswa dan guru sama-sama aktif di kelas. Hal ini merupakan faktor penting dalam pembelajaran yang bermutu.

Minggu ke-8 ini, banyak pelajaran berharga yang saya peroleh, mulai dari (1) miskonsepsi tentang kontrol dan perubahan paradigma stimulus-respon menjadi teori control, (2) konsep disiplin positif yang dihubungkan dengan teori motivasi perilaku manusia, serta konsep motivasi internal dan eksternal, (3) pentingnya memiliki keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah          tujuan sebuah sekolah/kelas, (4) Pemberdayaan anak agar  dapat memenuhi kebutuhannya secara positif, (5) pengetahuan dengan menerapkan disiplin restitusi di posisi Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan positif, aman, dan nyaman dan dapat menghasilkan murid-murid yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab, (6) menanamkan disiplin positif pada murid melalui tahapan segitiga restitusi. Strategi yang akan saya lakukan adalah dengan melakukan perubahan paradigma stimulus-respon menjadi teori kontrol. Merubah paradigma stimulus-respon menjadi teori control dengan menerapkan disiplin restitusi di posisi Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman. Memposisikan diri sebagai Manajer dengan suara yang tulus, tidak perlu marah, tidak perlu meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak pinggang, atau bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan perbuatan murid ataupun bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman murid. Pada posisi Manajer, sebagai guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari  jalan keluar permasalahannya. Menanamkan disiplin positif pada murid dengan cara restitusi.  Langkah-langkahnya, (1) Menstabilkan Identitas yaitu mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses, (2) Validasi Tindakan yang Salah, yaitu memenuhi kebutuhan dasar murid, apa yang mendasari sebuah tindakan sehingga kita akan menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut, (3) Menanyakan Keyakinan, yaitu dengan membantu murid melalui pertanyaan-pertanyaan yang menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas.