Rabu, 04 Desember 2024

Teori Equilibrasi Kognitif Jean Piaget

 

Teori Equilibrasi Kognitif Jean Piaget

Jean Piaget (1896-1980) adalah ahli psikologi asal Swiss yang mendalami bagaimana kondisi dan perkembangan kognitif pada manusia. Kita ketahui bahwa berpikir merupakan suatu keistimewaan yang dimiliki manusia. Oleh karena itu sebagian besar ahli psikologi meyakini bahwa inti dari proses belajar manusia terletak pada kognisinya.

Setiap informasi yang diterima oleh indera manusia akan tersimpan di dalam pikirannya. Kumpulan informasi tersebut akan membentuk pola-pola berpikir yang khas pada setiap orang. Organisasi informasi di dalam pikiran oleh Piaget disebut dengan istilah "skema." Skema setiap manusia adalah unik, dibentuk oleh berbagai pengalaman dan sejarah hidupnya. Karena itu ide-ide ataupun pemahaman seseorang sangat mungkin berbeda dengan orang lain, walaupun menyangkut satu hal yang sama.

Salah satu teori kognitif Piaget adalah teori equilibrasi kognitif. Piaget meyakini bahwa semua manusia memiliki dorongan untuk menyesuaikan (memahami) pikiran dengan pengalaman yang dihadapinya. Ketika skema yang dimiliki seseorang berbeda dengan fenomena yang baru ditemui, maka akan muncul suatu dorongan dalam dirinya untuk menyesuaikan atau bahkan merombak skema agar dapat sesuai (memahami) fenomena tersebut.

Keseimbangan antara skema dengan kondisi sekitar seseorang disebut dengan equilibrium (seimbang). Ketika seseorang menemui sesuatu yang baru maka akan terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium) kognitif. Saat itu akan muncul dorongan alami untuk menyesuaikan skema lama dengan pengalaman baru, proses ini disebut dengan equilibrasi (proses menuju keseimbangan).

Berdasarkan teori tersebut maka sangat baik untuk mendorong terjadinya disequilibrium pada diri siswa agar muncul motivasi belajar. Sebagai contoh, guru IPA di awal pembelajaran mendemonstrasikan suatu kejadian aneh yang berkaitan dengan teori IPA yang akan diajarkan. Atau memberi mereka aktivitas penelitian sederhana yang aneh, menarik atau menegangkan.

Aktivitas yang Memunculkan Equilibrasi Kognitif
(Sumber: Snowman, McCown & Biehler, 2012)

Ketidakseimbangan kognitif dikenal juga dengan istilah konflik kognitif, telah banyak diteliti dan menghasilkan dampak positif pada belajar siswa. Pada link berikut adalah salah satu contoh bagaimana implementasi konflik kognitif memiliki dampak positif pada aspek-aspek belajar siswa.

Proses equilibrasi menyebabkan kemampuan kognitif anak terus mengalami perkembangan. Dalam penelitiannya Jean Piaget menemukan bahwa perkembangan kognitif anak hingga dewasa berlangsung dalam empat tahap perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional kongkrit dan operasional formal.

Buku Rujukan:
Snowman, Jack. McCown, Rick. Biehler, Robert. 2012. Psychology Applied to Teaching. Edisi Tiga Belas. Belmont: Wadsworth Cengage Learning

Senin, 03 Juli 2023

Lima Posisi Kontrol Guru

POSISI KONTROL GURU


Suatu program disiplin positif yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol.

Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. 

Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:

“Patuhi aturan saya, atau awas!”

“Kamu selalu saja salah!”

“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”

Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.


Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik):

“Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?”

Tanyakan kepada diri Anda:

Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu pada saat muridnya datang terlambat? 

Hasil:

Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku.


2. Pembuat Merasa Bersalah

Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:

“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”

“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”

“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”

Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.


Pembuat Merasa Bersalah (Nada suara memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu):

“Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan Ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali.”

Bagaimana perasaan murid bila ditegur seperti cara ini?

Hasil:

Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan. Tidak seperti murid dalam dengan guru penghukum, di mana murid bisa menumpahkan amarahnya walaupun dengan cara negatif. Murid tertekan seperti inilah yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya, dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:

“Ayo bantulah, demi bapak ya?”

“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”

“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.

Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.


Teman (nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka)

“Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan, kenapa terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu sana. Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.” (sambil senyum-senyum).

Bagaimana perasaan murid dengan sikap guru seperti ini?

Hasil:

Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung pada guru tersebut. Bila ada masalah, dia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya. Akibat lain dari posisi teman, Adi hanya akan berbuat sesuatu bila yang menyuruh adalah guru tersebut, dan belum tentu berlaku yang sama dengan guru atau orang lain.

Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:

“Peraturannya apa?”

“Apa yang telah kamu lakukan?”

“Sanksi atau konsekuensinya apa?”

Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.


Pemantau (nada suara datar, bahasa tubuh yang formal):

Guru: “Adi, tahukah kamu jam berapa kita memulai?”

Adi:    “Tahu Pak!”

Guru: “Kamu terlambat 15 menit, apakah kamu sudah mengerti konsekuensi yang harus dilakukan bila terlambat?”

Adi:    “Paham Pak, saya harus tinggal kelas pada jam istirahat nanti dan mengerjakan tugas ketertinggalan saya.”

Guru: “Ya, benar, nanti pada saat jam istirahat kamu harus tinggal di kelas untuk menyelesaikan tugas yang tertinggal tadi. Saya tunggu”

Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?

Hasil:

Murid memahami konsekuensi yang harus dijalankan karena telah melanggar salah satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah.  Murid tetap dibuat tidak nyaman yaitu dengan harus tinggal kelas pada waktu jam istirahat dan mengerjakan tugas. Guru tetap harus memantau murid pada saat mengerjakan tugas di jam istirahat karena murid tidak bisa ditinggal seorang diri.

Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri.  Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)

“Apakah kamu meyakininya?”

“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”

“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”

Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.

Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.


Manajer (nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid):

Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”

Adi:    “Tahu Pak, jam 7:00!”

Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?”

Adi:  “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas yang tertinggal.”

Guru:  “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah untuk kamu agar bisa hadir tepat waktu ke sekolah?”

Adi:     “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.”

Guru:  “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri”

Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?

Pada posisi Manajer maka suara guru sebaiknya tulus. Tidak perlu marah, tidak perlu meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak pinggang, atau bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan perbuatan murid ataupun bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman murid.

Fokus ada pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua. Murid sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Bila guru mengambil posisi Pemantau, guru akan melihat apa konsekuensinya apa peraturannya? Namun pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru.

Senin, 12 Juni 2023

Guru yang Dirindukan Peserta Didik

Ki Hajar Dewantara, "Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru". 

Berkaca pada ungkapan bapak pendidikan nasional, ternyata menjadi sosok yang dapat digugu dan ditiru merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh guru, karena bukan lagi perihal beban moral atau beban profesi, tapi tanggungjawab sampai akhirat. 

 Profesi guru bukan sekedar profesi yang berakhir di akhir jam kerjaGuru yang bijaksana memiliki status guru kapan saja, di mana saja, bahkan setelah pensiun. Guru yang cerdas pasti ingin dikenang sebagai guru yang baik dan siswa yang merindukannya. Oleh karena itu, guru yang bijaksana harus memiliki kualitas mengajar dan sikap mengajar yang membuat siswa selalu mengingatnya.

Memenuhi peran seorang guru sebagai pendidik dan pengajar, hal pertama yang harus dilakukan seorang guru adalah menjadi panutan bagi siswa, karena apa yang dilakukan seorang guru adalah tiruan bagi siswa.

Di zaman yang penuh dengan ketidak pastian dengan perubahan yang sangat cepat, tidak terduga, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif, membuat pendidik tidak hanya harus cerdas dalam menguasai materi, namun juga harus memiliki karakter yang baik dan harus cepat beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi, seperti halnya yang diungkapkan oleh Albert Einstein, "The measure of intelligence is the ability to change".

Rabu, 30 Maret 2022

3.3.a.7. Demonstrasi Kontekstual - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 

3.3.a.7. DEMONSTRASI KONTEKSTUAL - PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 

Oleh:

RISDANI, S.Pd.SD., M.M.

Calon Guru Penggerak

Angkatan 3

Kabupaten Kepulauan Selayar

 

DASAR FILOSOFI KHD

Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya

POIN/KOMPONEN PROFIL PELAJAR PANCASILA YANG DIKEMBANGKAN

1)      Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.

Murid mampu menghargai segala bentuk ciptaan-Nya, baik itu alam tempat ia tinggal, manusia lain, dan dirinya sendiri.

2)      Gotong royong

Murid mampu berkolaborasi dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang ada dalam masyarakatnya.

3)      Mandiri

Murid mampu mengelola dirinya sendiri (pikiran, perasaan, tindakan) untuk mencapai tujuan pribadinya ataupun tujuan bersama.

4)      Kreatif

Murid mampu memodifikasi, menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat.

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PENDUKUNG TUMBUHNYA KEPEMIMPINAN MURID YANG AKAN DIKEMBANGKAN

1.      Menciptakan berbagai kesempatan agar murid terbiasa menggunakan pola pikir positif dan  merasakan emosi yang positif.

2.      Mengembangkan keterampilan murid untuk berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.

3.      Menyediakan lingkungan belajar agar murid dapat mendalami keterampilan yang dibutuhkan dalam  proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik mereka.

4.      Meningkatkan keterlibatan sehingga murid dapat secara aktif menentukan proses belajar di  kelas/sekolah/masyarakat nya.

PRAKARSA PERUBAHAN

Program Pembelajaran Study Tour dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah untuk melihat dan mengamati secara langsung peninggalan sejarah yang ada di daerah.

TAHAPAN

PERTANYAAN

TINDAKAN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENDAPATKAN JAWABAN

RENCANA UNTUK MELIBATKAN SUARA/PILIHAN/

KEPEMILIKAN MURID

ASET/KEKUATAN/SUMBERDAYA YANG DAPAT DIBERDAYAKAN PADA TAHAP INI

WAKTU YANG DIPERLUKAN

PENANGGUNG JAWAB TAHAP INI

B-uat pertanyaan utama (Define)

 

Ø  Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/ peluang;

Ø  Menggalang atau membangun koalisi tim perubahan

Bagaimana cara agar murid dapat memperoleh pengalaman belajar dengan lingkungan sekitarnya?

Ø  Diskusi bersama kepala sekolah/rekan kerja bagaimana program study tour dapat dijalankan.

Ø  Diskusi dengan rekan kerja untuk mengidentifikasi komponen dan tujuan kegiatan study tour.

Ø  Diskusi dengan orang tua murid untuk mengetahui sejauhmana dukungan mereka terhadap kegiatan tersebut.

Melakukan tanya jawab dengan murid yang akan melakukan study tour untuk mengetahui minat mereka terhadap rencana kegiatan.

 

* Murid-murid

* Rekan guru

* Kepala sekolah

* Orang Tua Murid

2 hari

CGP sendiri

A-mbil pelajaran (Discover)

 

Ø  Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/peluang lewat investigasi;

Ø  Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsur

Ø Aktivitas apa saja yang menarik minat belajar murid selama ini?

Ø Apa yang murid sukai ketika belajar di dalam kelas dengan temannya?

Ø Seperti apa dukungan sekolah terhadap peningkatan minat dan aktivitas belajar murid?

Ø Instrumen ketertarikan murid terhadap rencana kegiatan study tour.

Ø Umpan balik dari kepala sekolah, guru, dan orang tua murid.

Ø Curah pendapat bersama murid untuk mengetahui program pembelajaran yang menarik selama ini

Ø Curah pendapat bersama murid untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang mereka senangi terkait materi pelajaran.

Ø Orangtua murid

Ø Murid-murid

Ø Waktu

Ø Kebijakan sekolah

Ø Finansial

Ø Kepala Sekolah

Ø Guru

3 hari

CGP sendiri

G-ali mimpi (Dream)

 

Ø  Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud;

Ø  Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multi unsur (kapan, di mana, siapa saja).

Ø Seperti apa bentuk kegiatan study tour yang menyenangkan sekaligus menguatkan kolaborasi antar murid?

Ø Dampak positif yang akan didapatkan jika program ini terwujud dan berjalan baik?

Ø Memberikan kesempatan kepada seluruh murid untuk mengamati secara langsung objek peninggalan sejarah di daerah.

Ø Memberikan kesempatan kepada murid untuk berkreasi dengan menggambar objek yang mereka amati.

Ø Memberikan kesempatan kepada murid untuk membuat laporan dan deskripsi singkat hasil kegiatan.

Ø Mendapatkan aspirasi (harapan/mimpi) umum dari murid tentang program yang dapat meningkatkan pengetahuan, kreatifitas dan minat belajar.

Ø Memperoleh pemahaman terhadap agama dan lebih mengenal dan mencintai Tuhan Yang Maha Esa.

Ø Orangtua murid

Ø Murid-murid

Ø Waktu

Ø Kebijakan sekolah

Ø Kepala Sekolah

Ø Guru

Ø Masyarakat

1 hari

CGP sendiri

J-abarkan rencana (Design)

 

Ø  Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian;

Ø  Menyusun definisi kesuksesan pencapaian (tujuan, capaian, luaran)

Ø Kebijakan sekolah seperti apa yang sudah ada (maupun yang belum ada) dapat menguatkan program ini?

Ø Bagaimana program ini dapat masuk dalam Rencana Kegiatan Sekolah?

Ø Bagaimana kita mengetahui pemahaman, kreatifitas, serta minat belajar murid meningkat?

Ø Bagaimana kita mengetahui interaksi antar murid dengan lingkungannya?

Ø Rapat koordinasi dengan murid, kepala sekolah, guru-guru, orangtua murid untuk membahas apa dampak, bagaimana strategi, siapa yang dilibatkan, mengapa kegiatan ini penting dan kapan kegiatan tersebut dilaksanakan.

Ø Komitmen dari murid penting dalam pelaksanaan program ini dalam keseharian. Mereka dapat menentukan bagaimana cara terbaik yang menarik dan menyenangkan bagi mereka. Mereka juga dapat difasilitasi untuk mengorganisasi proses penentuannya di antara mereka.

Ø Orangtua murid

Ø Murid-murid

Ø Waktu

Ø Kebijakan sekolah

Ø Kepala Sekolah

Ø Guru

Ø Masyarakat

1 Pekan

CGP

Wali kelas

Murid

A-tur eksekusi (Deliver)

 

Ø  Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan;

Ø  Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: protokol, rutinitas, knowledge management, monev/refleksi)

 

Siapa (murid dan guru) yang bertanggung jawab memonitor agar kegiatan dapat berjalan dengan menyenangkan dan berkelanjutan?

 

Membentuk tim (kelompok) belajar yang akan mengelola dukungan untuk  meningkatkan pengetahuan, pengamalan, keterampilan, serta minat belajar murid.

Menyediakan tempat dan waktu bagi murid untuk berkontribusi aktif dalam proses pengambilan keputusan

Ø Orangtua murid

Ø Murid-murid

Ø Waktu

Ø Kebijakan sekolah

Ø Kepala Sekolah

Ø Guru

1-2 pekan

CGP

Wali kelas

Murid