Minggu, 20 Februari 2022

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri

 3.1.a.9. KONEKSI ANTAR MATERI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Oleh:

Risdani, S.Pd.SD., M.M.

Calon Guru Penggerak

Angkatan 3

Kabupaten Kepulauan Selayar


"Seorang guru yang baik dapat menginspirasi harapan, membangkitkan imajinasi, dan menanamkan cinta belajar." - Brad Henry

Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Kita hanya perlu menuntun segala yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang.Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana.  Seorang pendidik sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya Ing Ngarso sung Tulodho pada saat di depan memberikan teladan bagi anak-anak didik. Ketika dihadapkan pada keadaan di mana harus mengambil keputusan sikap dan pola pikir kita akan menjadi suritauladan. Ing Madyo Mangun Karso, ketika berada ditengah sebagai inspirator dan motivator. Sebagai pemimpin pembelajaran pada saat bersama murid akan memberikan kekuatan dan tuntunan dalam pengambilan keputusan. Salah satu langkah dalam mambantu pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan coaching terhadap murid agar mereka dapat menemukan sendiri jawaban atas setiap kesulitan yang dihadapi. Tut Wuri Handayani, Mengikuti serta memberikan dorongan dari belakang. Peran seorang pemimpin pembelajaran sebagai fasilitator dengan memberikan dorongan positif dari belakang agar murid menemukan potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan sesuai dengan pribadinya yang unik.

Nilai-nilai yang tertanam pada diri kita sebagai pemimpin pembelajaran adalah penalaran yang baik, menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika, meskipun setiap orang memiliki prinsip-prinsip hidup yang berbeda. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid, seorang pendidik akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada peserta didikUntuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

 

Pertanyaan-pertanyaan melalui coaching diharapkan mampu mengarahkan keputusan menjadi tepat. Ketika akan melakukan sebuah pengambilan keputusan, melakukan uji benar lawan salah dan benar lawan benar. Kita harus mengenali dengan benar apakah masalah yang sedang dihadapi sebuah dilema etika atau hanyalah sebuah bujukan moral semata. Kemudian pengambilan  keputusan  menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Coaching dengan pertanyaan pertanyaan reflektif dapat membantu menemukan solusi atau keputusan terbaik. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya . Seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya . Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.

 

Kemampuan guru dalam.mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran ketika mengambil keputusan harus dilakukan dengan kesadaran penuh dengan berbagai pilihan dan konskuensi yang ada, karena permasalahan muncul tidak melihat bagaimana kondisi emosional kita. Untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab diperlukan kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan hubungan sosial. Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. 

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut seorang pendidik akan mendasari pemikiran dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika, sehingga pada saat melaksanakan pembahasan studi kasus yang focus pada masalah moral atau etika akan melihat dan mempertimbangkan nilai-nilai tersebut. Setiap keputusan yang diambil akan ada konsekuensinya, oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada  rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan dan berpihak pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip-prinsip melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita.

Suatu keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid yang senantiasa menjadi tujuan dan visi seorang guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran pada akhirnya akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi semua. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar.  Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya. Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan .

Kesulitan-kesulitan dalam pengambilan keputusan sulit dan bertentangan seringkali terletak pada paradigma masing masing pihak dalam memandang situasi tersebut. Kesulitan-kesulitan yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan /kendala yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak melibatkan guru atau warga sekolah lainnya, sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut , kita tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan/ sekolah,, adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam budaya di lingkungan menimbulkan rasa kasihan lebih dominan dan terburu-buru dalam pengambilan keputusan. Kesulitan-kesulitan tersebut selalu dikembalikan pada masalah perubahan paradigma di lingkungan.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita yang paling bertanggung jawab dan berperan menentukan pengajaran yang akan terjadi di dalam kelasnya. Sebagai seorang pendidik, saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang.

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Murid adalah produk dari apa yang diajarkan lingkungannya, dalam hal ini keluarga dan sekolah serta masyarakat lainnya berperan membentuk karakter dan masa depan murid. Bila pengambilan keputusan dilakukan secara tidak bertanggung jawab tanpa menimbang dampak yang dapat terjadi pada murid sebagai akibat dari keputusan tersebut, tentunya akan mempengaruhi kehidupan murid bahkan masa depan murid menjadi kurang baik. Demikian juga sebaliknya, keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan kepentingan murid dalam tumbuh dan kembangnya akan berpotensi membuat kehidupan serta masa depan sang murid menjadi jauh lebih baik dan bahkan mereka dipersiapkan untuk menyongsong masa depan yang baik. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan kebahagiaan murid untuk masa depan yang lebih baik.

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat. Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Tidak ada komentar: