Kamis, 30 September 2021
Senin, 27 September 2021
1.3.a.7.1. Demonstrasi Kontekstual - Menerapkan Inkuiri Apresiatif_Risdani
PRAKARSA PERUBAHAN |
MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA MURID |
|
TAHAPAN |
PERTANYAAN |
DAFTAR TINDAKAN YANG
PERLU DILAKUKAN UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN |
B-uat pertanyaan
(Define) |
1.
Bagaimana suasana pembelajaran di dalam kelas? 2.
Apa yang menyebabkan murid kurang termotivasi mengikuti
pembelajaran? 3.
Bagaimana menjalin interaksi belajar antar murid dan dengan
guru? |
1.
Menganalisis suasana proses pembelajaran. 2.
Mengidentifikasi penyebab kurangnya motivasi belajar siswa. 3.
Menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat melibatkan
murid aktif dalam berinteraksi dengan murid lain dan guru. |
A-mbil pelajaran
(Discover) |
1.
Bagaimana peran guru dalam mengefektifkan proses
pembelajaran? 2.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di
dalam dan di luar kelas? 3.
Seperti apa dukungan yang diberikan kepala sekolah dan guru
terhadap proses pembelajaran? |
1.
Berkolaborasi dengan rekan guru terkait pengembangan
pembelajaran di sekolah. 2.
Menyiapkan media-media pembelajaran yang variatif untuk
digunakan di dalam dan di luar kelas. 3.
Kepala sekolah melakukan supervisi terhadap proses
pembelajaran dan umpan balik dari rekan guru. |
G-ali mimpi (Dream) |
1.
Langkah apa yang dapat ditempuh untuk meningkatkan motivasi
belajar murid? 2.
Bagaimana bentuk bimbingan yang diberikan apabila terdapat
murid yang belum merespon dengan baik tindakan yang diberikan? |
1.
Membantu para murid untuk mandiri dalam belajar. 2.
Mendorong motivasi murid untuk belajar. 3.
Menanamkan nilai-nilai karakter murid di sekolah. |
J-abarkan rencana
(Design) |
1.
Seperti apa perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan? 2.
Siapa saja yang dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran yang berpusat pada murid? 3.
Hal positif apa yang bisa diambil dari kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada murid? |
1.
Merancang aktifitas-aktifitas belajar berpusat pada murid yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik-karakteristik
murid serta menerapkan pembelajaran kooperatif/kelompok. 2.
Melibatkan kepala sekolah sebagai supervisor, meminta umpan
balik dari guru lain, berkolaborasi dengan Pengawas dalam hal pembinaan. 3.
Murid dapat berpartisipasi secara aktif, memiliki daya kritis,
mampu menganalisa dan memecahkan masalahnya sendiri. |
A-tur eksekusi
(Deliver) |
1.
Siapa yang akan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
pembelajaran yang berpusat pada murid? 2.
Apa indikator keberhasilan dari kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada murid? |
1.
Yang akan memonitor dan mengevaluasi kegiatan tersebut
adalah Dinas Pendidikan setempat, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, rekan
guru, Komite sekolah, Orang tua murid, dan CGP itu sendiri. 2.
Murid memiliki kepribadian yang berkarakter, aktif, kreatif,
dan berprestasi, Suasana pembelajaran yang menyenangkan, dan terciptanya
kolaborasi yang kuat dengan pemangku kepentingan. |
PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA GURU |
PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA MURID |
Murid
sebagai objek Belajar |
Murid
sebagai subjek belajar |
Guru Sebagai sumber ilmu utama |
Guru sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran |
Siswa
diberi materi pelajaran |
Siswa
bertanggungjawab atas pembelajarannya |
Murid kurang mampu mengapresiasi ilmu pengetahuan, takut berpendapat,
tidak berani mencoba dan miskin kreativitas |
Siswa berpartisipasi secara aktif, memiliki daya kritis, mampu
menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. |
Jumat, 24 September 2021
1.3.A.6. REFLEKSI TERBIMBING - VISI GURU PENGGERAK
Setelah melalui 3 pembelajaran sebelumnya, kami membuat refleksi individu 4P atas proses kolaborasi yang telah kami lakukan bersama anggota kelompok yang lain di Pembelajaran 3 dalam menyelesaikan tugas pembuatan pemetaan kekuatan dari setiap aset yang dimiliki. Dengan menggunakan poin-poin panduan (4P) yang disajikan di setiap halaman, kami berusaha menyusun refleksi secara individu. Adapun poin-poin panduan (4P) tersebut adalah sebagai berikut:
1) Peristiwa: Peristiwa-peristiwa apa saja
yang terjadi dalam diskusi?
2) Perasaan: Perasaan apa yang muncul saat
proses pembelajaran?
3) Pembelajaran: Pembelajaran apa saja yang
diperoleh melalui peta kekuatan?
4) Perubahan: Jika saya ingin membuat
perubahan dengan konsep inkuiri apresiatif;
a.
Apa
saja yang perlu saya pelajari lebih lanjut?
b.
Apa
saja strategi yang dilakukan untuk melaksanakan perubahan?
Dari
pertanyaan pada poin-poin panduan di atas, saya mencoba merefleksikan kembali
proses pembelajaran yang telah dilalui dan mengambil pembelajaran dari proses
kolaborasi. Mudah-mudahan dengan mengetahui aset-aset atau kekuatan yang ada
dalam diri saya dan dari luar diri, dapat mewujudkan Visi, impian dan keinginan
saya sebagai guru penggerak.
Diskusi
kali ini terkait pemetaan kekuatan dapat menambah pengalaman belajar saya bahwa
di luar sana banyak sumber-sumber kekuatan yang dapat mendukung tercapainya
visi guru penggerak yang saya inginkan.
Saya
merasakan adanya semangat belajar, belajar, dan belajar dan perasaan senang serta
bangga berada diantara teman-teman CGP yang begitu luar biasa membagi
pengalaman dan wawasan akan adanya aset-aset pendukung selain aset utama
sebagai CGP dan murid itu sendiri.
Melalui
peta kekuatan, kita dapat membuat perencanaan yang lebih matang karena
disesuaikan dengan kekuatan yang dimiliki serta mengetahui dengan siapa saja
kita bisa bekerjasama mewujudkan visi kita sebagai.
Untuk
membuat perubahan dengan konsep inkuiri apresiatif, saya akan mempelajari
bentuk implementasi model BAGJA dalam manajemen perubahan yang mengadopsi
konsep inkuiri apresiatif dalam pelaksanaannya. Adapun strategi yang akan saya
lakukan untuk melaksanakan perubahan adalah dengan menerapkan model BAGJA
yaitu: (a) memulai dengan membuat daftar pertanyaan terkait perubahan yang akan
dilakukan, (b) mengambil pelajaran dari praktik baik yang pernah dilakukan
orang lain, (c) membuat gambaran dari apa yang diimpikan termasuk di dalamnya
gambaran keadaan setelah impian itu tercapai, (d) membuat perencanaan dengan
membuat capaian yang realistis dan target capaian berikutnya secara berkala,
membuat jadwal serta papan pengumuman untuk mengingatkan program yang akan
dilaksanakan, (e) menentukan pihak-pihak yang akan dilibatkan kemudian menjalin
kolaborasi yang baik dengan mereka serta membuat alur pelaksanaan perubahan.
Alhamdulillah, semoga dengan refleksi diri ini menjadi bahan kajian dalam
melakukan perubahan di ekosistem sekolah.
Sabtu, 18 September 2021
Jurnal Refleksi Minggu Ke-5
Jurnal Refleksi Mingguan_Minggu Kee-5
MODEL 3: SIX THINKING HATS (TEKNIK 6 TOPI)
1. FACTS
Nilai dan peran guru penggerak selaras dengan filosofi Ki
Hajar Dewantara. Nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak
pada murid yang menjiwai guru penggerak dalam memainkan perannya tentunya akan
menghadirkan guru yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Adanya
keinginan untuk menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna
bagi murid memerlukan perubahan yang melibatkan seluruh warga sekolah.
Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah membutuhkan waktu dan
bersifat bertahap. Sebagai Calon Guru Penggerak, saya senantiasa terus berlatih
mengelola diri sendiri sambil berupaya
menggerakkan rekan guru lain untuk menjalani proses perubahan bersama-sama demi
terwujudnya visi sekolah.
2. FEELINGS
Mempelajari materi tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak serta Visi Guru Penggerak, saya merasakan adanya semangat baru dan keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan pola pikir yang positif untuk mewujudkan sekolah yang ramah, aman, nyaman dan bermakna bagi murid.
3. BENEFITS
Hal positif yang bisa diambil dari materi pada minggu ini adalah keterlibatan berbagai pihak dalam hal ini Kepala Sekolah, Orang Tua Murid, Guru, dan Pemangku Kepentingan untuk mewujudkan visi sekolah sekaligus visi guru penggerak akan menambah semangat dan motivasi Guru Penggerak sesuai dengan perannya dalam melakukan perubahan, baik perubahan di kelas maupun perubahan di sekolah.
4. CAUTIONS
Kendala atau hambatan atau resiko dari penerapan manajemen pendekatan perubahan Inkuiri Apresiatif (IA) adalah masih kurangnya pemahaman dan dorongan dari kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah untuk melakukan reformasi Budaya Sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Karena untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. Hal ini berarti butuh partisipasi dari semua warga sekolah.
5. CREATIFITY
Menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif serta mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mewujudkan visi sekolah adalah melalui Program 5K, yaitu Kebebasan dalam belajar, Kolaborasi, Kreativitas IMTAQ dan IPTEK, Keterlibatan orang tua atau masyarakat serta Kebersihan Lingkungan. Kebebasan dalam belajar diartikan bahwa peserta didik dapat belajar di mana saja tanpa terikat tempat, kapan saja tanpa terikat oleh waktu dan dengan siapa saja tanpa harus dari guru.
6. PROCESS
Sebagai guru, kita memerlukan sebuah visi yang jelas
menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita
berikan pada murid kita. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan terus
membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan
kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang
berkesinambungan.
Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan,
baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan
tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen
pendekatan perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (IA).
Untuk melaksanakan IA diperlukan sebuah
strategi. Strategi itu dikenal dengan akronim BAGJA,
yakni Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana,
dan Atur eksekusi. Perubahan yang diharapkan terntu saja harus
tetap mempedomani filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Bahwa pendidik
hanya berperan sebagai penuntun murid menuju kodrat alam dan kodrat zaman.
Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, guru hanya bisa menuntun
tumbuhnya kodrat tersebut. Jadi jelaslah bahwa IA merupakan pendekatan
utama yang harus diimplementasikan guru menuju perubahan yang dicita-citakan
dengan menyentuh peran strategis pemangku kepentingan di sekolah.
Jumat, 17 September 2021
1. Apa saja yang menurut Anda menjadi informasi utama dalam bacaan dan video yang disajikan?
BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pembelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi), merupakan terjemahan bebas yang diadaptasi dari model 5D (define, discover, dream, design, deliver), suatu metode tentang tangga perubahan bertahap yang menyerupai gerak melingkar spiral, mulai dari tahap penetapan, pencarian/penemuan, membangun mimpi, rancangan dan implementasi/eksekusi.
Tahapan-tahapan Inkuiri Apresiatif Bagja yaitu: (1) Buat pertanyaan (define) pada tahap ini melihat dan mendefinisikan suatu masalah dengan mencari solusi yang telah ada, (2) Ambil pembelajaran (discover), melihat dan mengidentifikasi suatu proses yang sudah dan sedang berjalan dengan baik, memperkuat yang bekerja, focus pada hal-hal positif yang menjadikannya hidup dan yang terbaik, (3) Gali mimpi (dream) pada tahap ini melihat gambaran ke masa depan, dari proses tersebut dipilih mimpi/gambaran yang mungkin bekerja dengan baik di masa yang akan datang, karena keberhasilan masa lalu digunakan sebagai titik beranjak dalam menggambarkan suatu kondisi ideal yang dikehendaki terjadi di masa depan, (4) Jabarkan rencana (design) berarti merencanakan dan memprioritaskan proses-proses yang mungkin bekerja dengan baik untuk masa depan yang dirancang secara mengesankan, (5) Atur eksekusi (deliver) implementasi dari rancangan (design) yang diajukan tersebut, diimplementasikan kedalam tindakan nyata yang merujuk pada kompetensi dan pengalaman yang pernah dilakukan. Pandangan logis menunjukkan, jika sesuatu beranjak dari ‘eksisting’ pengalaman yang dimiliki, dapat membangkitkan rasa percaya diri komunitas tersebut. Maka impian menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi (destiny). Pendekatan ini tidak terfokus pada masalah yang sedang dihadapi akan tetapi pada kekuatan yang bisa dilihat dalam memecahkan masalah tersebut. Pendekatan ini melihat kapasitas masa lalu dan masa depan tentang; prestasi, asset, potensial yang belum tereksplor, inovasi, kekuatan, pikiran mendalam, kesempatan, momen-momen penting, nilai kehidupan, tradisi, kemampuan strategis, riwayat, ekspresi kebijaksanaan, dan visi dari suatu nilai dan masa depan yang mungkin terjadi.
- Informasi apa yang paling dapat membantu Anda dalam peran sebagai guru penggerak kelak?
Refleksi Mandiri Modul 1.3.a.4. Eksplorasi Konsep - Visi Guru Penggerak
“Pernahkah Anda bermimpi tinggi dan memulai mewujudkannya dari kekuatan pribadi yang Anda miliki?”.
Mengawali pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar, saya punya keinginan yang kuat untuk membahagiakan kedua orang tua. Belajar, Bekerja, dan Berdoa adalah tahapan-tahapan yang saya lalui selama menempuh pendidikan mulai dari Sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ucapan yang terlontar dari beberapa guru, "Nak, Bahagiakan orang tuamu, jadilah orang yang berguna bagi Bangsa dan Negara", menjadi motivasi bagi saya untuk selalu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diajarkan oleh guru dan orang tua.
Memasuki bangku SMP
merupakan masa-masa yang penuh sulit dan penuh tantangan bagi saya setelah
kedua orang tua telah tiada. Sempat terbersit dalam pikiran saya, apakah impian
yang saya idam-idamkan sejak kecil akan terwujud?. Namun, saya percaya bahwa
Tuhan senantiasa memberikan jalan yang terbaik bagi hamba-Nya yang selalu sabar
dan tawakkal kepada-Nya. Alhamdulillah, berkat dorongan, motivasi, dan saran
dari keluarga menjadi penyemangat bagi saya untuk selalu berpikir positif dan
mengubah tantangan hidup menjadi sebuah harapan besar yaitu menjadi orang yang
sukses.
Lulus dari SMK pada tahun
2003, saya kembali dihadapkan pada pilihan, “Kuliah atau Bekerja”. Namun, saya
yakin dan percaya bahwa di tengah keraguan, kebimbangan, dan kebingungan yang
saya alami pasti ada jalan keluarnya. Kita hanya perlu terus berusaha
dengan cara yang tidak menyimpang, berdoa kepada Allah SWT, dan ikhlas dalam
menjalani kehidupan. Di tahun yang sama, saya diterima di Perguruan Tinggi
dengan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Hal ini menjadikan saya semakin
sadar bahwa Allah SWT Maha Adil dan
Pemberi Petunjuk atas hamba-Nya. Allah SWT memberikan saya jalan yang terbaik
bahwa kelak nanti saya akan menjadi seorang guru.
Selepas dari Pendidikan Guru
SD pada tahun 2005, saya mengabdikan diri sebagai Guru honorer selama 3 tahun
sebelum diangkat menjadi PNS tahun 2009. Saya memang bukan siapa-siapa dan
belum apa-apa saat itu. Namun satu hal yang sudah tertanam dalam benak saya
adalah saya ingin selalu memulai, memulai menjadi yang terbaik dan berguna bagi
orang lain, terutama bagi keluarga dengan menjadi diri sendiri dan percaya
bahwa saya memiliki potensi di dalam diri saya untuk melangkah maju.
Saya yakin bahwa semua orang pada dasarnya memiliki kemampuan yang sama, namun
yang membedakan adalah apakah setiap orang bisa melihat potensi pada dirinya.
Keyakinan ini terus tumbuh dan telah mengantarkan saya menjadi seseorang yang
memiliki daya saing dan mampu mewujudkan impian dan harapan guru-guru dan orang
tua saya sewaktu masih duduk dibangku Sekolah Dasar.
Dalam menjalani profesi
sebagai guru, begitu banyak pengalaman yang berarti. Saya menyadari, bahwa
menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah karena dibalik keinginan untuk menjadikan
peserta didik yang cerdas, ada pula tanggung jawab untuk mewujudkan peserta
didik yang berkarakter, kreatif, dan mandiri, karena kesuksesan seseorang tidak
ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis saja, tetapi lebih
oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain.
Dari pengalaman-pengalaman
ini sejak awal hingga sekarang, saya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena
saya dapat menemukan jalan saya sendiri, melakukan apa yang saya sukai dengan
cara saya sendiri dan tentunya tetap menjadi diri sendiri. Satu hal
yang dapat saya petik dari semua pengalaman ini adalah jika kita punya impian
maka targetkanlah. Jika Tuhan belum menakdirkan impian itu untuk kita, maka
belajar dan bersabarlah.
Salam Guru Penggerak
Kamis, 16 September 2021
Prinsip-Prinsip Universal Design For Learning
Center for Applied Special Technology (CAST) menjelaskan kerangka UDL melalui tiga prinsip berikut:
1) Multiple means of engagement Menyediakan berbagai cara keterlibatan untuk mendukung pembelajaran afektif (yaitu, mengapa kita belajar): Mempertimbangkan bagaimana melibatkan peserta didik guna merangsang minat dan memotivasi dalam belajar melalui kegiatan seperti pembelajaran kolaboratif, permainan dan simulasi, nyata dan virtual.
2) Multiple means of representation Menyediakan berbagai sarana yang representatif untuk mendukung cara kita memberikan makna pada pembelajaran (menyediakan konten melalui berbagai cara, seperti diskusi, bacaan, teks digital, dan presentasi multimedia)
3) Multiple means of action and expression Menyediakan berbagai cara yaitu
berupa tindakan dan ekspresi sebagai upaya dalam mendukung cara belajar
yang strategis (yaitu, bagaimana kita belajar): Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan pemahaman mereka dalam berbagai cara
seperti melalui tes atau makalah, melalui seni, presentasi multimedia, dan
rekaman digital.
Minggu, 12 September 2021
1.2.A.10.2. JURNAL REFLEKSI - MINGGU 4
Model 9: Gaya Round Robin
1) Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?
2) Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
3) Apa hal yang masih membingungkan Anda dari
pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut
membingungkan.
Setelah pembelajaran ini, saya memperoleh pengetahuan dan
pengalaman baru terkait peran dan nilai-nilai guru penggerak. Tugas seorang
guru, bukan hanya mendidik, mengajar dan melatih serta membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tetapi juga memberikan stimulus
kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran, berinteraksi dengan
siswa, dan berperan sebagai seorang yang memberi jiwa dan mengilhami
siswa. Nilai-nilai guru penggerak yang saya kuasai meliputi
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.
Dengan nilai-nilai tersebut, saya sebagai seorang guru penggerak mampu
mengemban peran menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi,
menjadi coach bagi guru yang lain, mendorong kolaborasi antar guru,
dan mewujudkan kepemimpinan pada murid. Kemauan diri untuk terus belajar,
berkolaborasi bersama rekan-rekan yang sehati, dan selalu mencoba berinovasi
untuk menantang kekuatan diri, merenung dan merefleksi tiap langkah yang telah
saya lewati juga menjadi bekal diri saya untuk mencapai keberpihakan kepada
anak. Dengan tujuan kemanusiaan itulah saya mencoba memberikan kesempatan
kepada anak untuk merdeka belajar. Belajar menjadi sesuatu hal yang
menyenangkan dan bermakna di kelas maupun di luar kelas. Membuat setiap momen
belajar adalah sebuah permainan yang penuh tantangan.
Beberapa hal yang masih perlu saya kembangkan terkait hubungan
antara emosi, cara kerja otak dan pembentukan nilai-nilai dalam diri seorang
guru. Dalam hal ini, saya ingin menguasai lebih dalam lagi tentang peran saya
sebagai guru penggerak ketika berinteraksi atau berkolaborasi dengan
teman-teman guru di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam komunitas
sekolah, terdapat guru-guru yang terdiri dari berbagai macam karakter seperti ”guru
yang tahu dan dia tahu kalau dirinya tahu”, ”guru yang tidak tahu dan tahu
kalau dirinya tidak tahu”, “guru yang tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya
tahu”, dan ”guru yang tidak tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya tidak
tahu”. Terkadang kita menemukan seorang guru yang tidak tahu tetapi dia tidak
tahu kalau dirinya tidak tahu, dimana dalam berkolaborasi, bekerjasama,
bermusyawarah, atau pun berdiskusi dengan guru tersebut, seakan-akan dia melihat
dirinya sebagai seorang yang hebat, tidak mau menerima pandangan orang lain,
dan tidak tahu dengan kekurangan yang ada dalam dirinya. Inilah point penting
bagi saya untuk bagaimana mengontrol emosi saya supaya guru yang demikian
memiliki kesadaran akan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan misi
kemanusiaan untuk menumbuhkan kodrat dan memuliakan anak bangsa. Untuk
mengatasi hasil tersebut, hal yang bisa saya lakukan adalah terus bergerak,
kemudian bergerak bersama dan menggerakkan ekosistem sekolah bahwa ada kekuatan
yang harus saya sadari, saya miliki, dan terus saya tumbuhkan dalam diri.
Satu hal yang masih ada dipikiran saya saat ini adalah bagaimana
nilai-nilai yang saya miliki dapat tumbuh secara konsisten di suatu lingkungan
atau sekolah. Sebagai contoh, sering kita mendengar anak mengatakan pada orang
tuanya, “Ma, Pa, kata Bu guru/ Pak guru begini bukan begitu”. Ini menunjukkan
bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam membentuk pola pikir dan karakter
anak, namun hal ini pun bukanlah sesuatu yang mudah tercapai tanpa ada usaha
yang dilakukan. Untuk menjadi ‘Bapak dan Ibu’ guru seperti dalam ilustrasi di atas
butuh keteladanan dan konsistensi perilaku yang patut diteladani. Disisi lain,
orang tua terkadang memiliki kesalahan dalam pengasuhan anak di rumah sehingga berakibat
pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik dan mempengaruhi kecerdasan
emosi anak seperti orang tua yang kurang meluangkan waktu untuk anak, bersikap
kasar secara verbal, misalnya, menyindir anak, mengecilkan anak dan berkata
kata kasar, orang tua terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif
secara dini. Hal ini menjadi pemikiran saya sebagai guru penggerak ketika
mendapati anak yang memperoleh perlakuan berbeda antara di rumah dengan di
sekolah. Namun, meskipun demikian saya akan selalu menjadi guru yang selalu
memberikan contoh yang baik, konsisten dalam menerapkan perilaku yang
bermartabat, dan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan berpihak pada
siswa.
Salam Guru Penggerak
Kamis, 09 September 2021
1.2.a.7. DEMONSTRASI KONTEKSTUAL - NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
GURU SEPERTI APAKAH SAYA?
Nilai-nilai apa yang saya kuasai di masa depan?
Nilai-nilai guru penggerak sangatlah penting untuk dimiliki untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang merupakan tujuan Merdeka Belajar. Dengan memiliki nilai kemandirian, kita sebagai guru bebas dari eksploitasi orang lain dalam bentuk apapun. Kita merdeka menentukan arah dan tindakan pembelajaran, bebas dari intervensi dan merdeka untuk berinovasi. Guru yang memiliki kemampuan reflektif maka ia akan mampu menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Strategi pembelajaran akan lebih terarah dan tepat guna jika dilakukan oleh guru yang memiliki kemampuan reflektif. Ketika guru berhasil mengevaluasi dirinya sendiri maka ia juga mampu mengembangkan perbaikan diri secara terus menerus. Ia akan terus belajar untuk mendapatkan hasil terbaik dari seluruh proses yang pernah dilakukan. Guru dengan kemampuan reflektif akan berpikir seribu kali dalam melakukan sebuah tindakan. Ia akan memproses secara matang terkait efek yang ditimbulkan akibat perbuatannya. Oleh karena itu, guru dengan kemampuan reflektif dapat menjadi teladan bagi siswa karena ia adalah seseorang yang berhati-hati dalam bertindak. Seorang guru penggerak juga perlu memiliki nilai inovatif karena dengan adanya inovasi pembelajaran maka guru akan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis, penuh semangat, dan penuh tantangan. Suasana pembelajaran seperti itu dapat mempermudah peserta didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat menanamkan nilai-nilai luhur yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Peserta didik dengan berbagai macam karakter yang berbeda-beda akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu, perlu adanya kolaborasi yang kuat antara orang tua, guru, dan peserta didik itu sendiri. Dengan berkolaborasi akan membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mempermudah proses pembelajaran sehingga apapun bentuk pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru akan tetap dapat diterima oleh siswa dengan bantuan dan kerjasama orang tua. Keberpihakan pada murid dalam pembelajaran juga sangat penting karena mereka akan menemukan jati dirinya melalui tuntunan seorang guru penggerak dengan mengembangkan potensi yang dimilki dan setiap pembelajaran yang diperoleh akan menjadi lebih bermakna.
Rabu, 08 September 2021
1.2.A.6. REFLEKSI TERBIMBING - NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
1. Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada bagian mulai dari diri)
Salah satu nilai yang ada pada diri saya yaitu sikap kemandirian. Sejak kecil orang tua sudah mengajarkan bagaimana menjadi orang yang mandiri. Melaksanakan pekerjaan di rumah seperti mencuci pakaian, menyapu, menyiapkan perlengkapan sekolah, dan belajar sendiri. Orang tua berpesan bahwa jika ingin menjadi orang sukses maka tanamkan dalam diri kamu untuk selalu menyelesaikan atau mengerjakan pekerjaan atau tugas tanpa menunggu perintah dari orang lain sepanjang itu berguna dan bermanfaat untuk diri kamu dan orang lain. Pesan ini menjadi motivasi bagi saya untuk selalu berperilaku mandiri jika berada di rumah sebagai anggota keluarga, di sekolah sebagai pelajar, dan di lingkungan sebagai anggota masyarakat. Sikap mandiri ini semakin tumbuh pada diri saya sejak ibu meninggal dunia ketika saya masih duduk dibangku kelas 5 SD sedangkan Bapak masih terbaring sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Berselang dua tahun berikutnya, Bapak juga meninggal dunia yang pada saat itu saya masih duduk dibangku kelas 1 SMP. Hidup tanpa orang tua bukan halangan bagi saya untuk terus tumbuh menjadi anak yang mandiri. Ketiadaan kedua orang tua tidak lantas menjadikan saya menjadi anak yang lemah serta mudah putus asa. Sebaliknya, ini justru menjadi tumpuan semangat bagi saya agar senantiasa memberikan yang terbaik untuk orang-orang di sekitar.
2.
Apa
yang saya rasakan setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak? Jelaskan!
Setelah
mengetahui nilai dari Guru Penggerak, saya merasakan adanya kesempatan untuk
menggali lebih dalam lagi nilai-nilai sebagai seorang guru penggerak yakni
mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif, dan perpusat pada murid. Dengan
berbekalkan kemandirian dan inovatif dalam mencoba hal-hal baru, saya semakin
yakin dan percaya bahwa dengan sikap yang mandiri dari seorang guru akan
menciptakan kesadaran untuk tidak mudah menyerah menghadapi tantangan serta
tidak mudah menyalahkan orang lain dan keadaan. Saya merasa bahwa nilai
mandiri juga perlu didukung dengan nilai reflektif dari seorang guru penggerak
karena kita harus berani meminta umpan balik secara aktif dan menilai diri
sendiri dengan objektif. Mencoba hal-hal baru dan berkolaboratif dengan
teman sejawat, kepala sekolah dan orang tua murid menjadi perilaku yang
memotivasi saya untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada murid, aktif,
efektif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
3.
Apa
saja nilai diri Guru Penggerak yang sudah saya miliki sekarang?
Guru
yang bernilai adalah mereka yang telah menjadi teladan bagi sesama terutama
para peserta didik. Peserta didik akan merasakan pendidikan yang sejati ketika
mereka telah menganggap bahwa guru mereka telah menjadi bagian dari hidup dan
keberhasilan mereka. Karena itu mereka akan menganggap bahwa guru sebagai
seseorang yang bernilai bagi hidup mereka. Saat ini, nilai-nilai Guru Penggerak
yang saya miliki yaitu menjadi pribadi yang mandiri dalam menginisiasi dan
berkreatif menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, berkolaboratif
dengan guru lain, kepala sekolah, dan orang tua siswa, reflektif terhadap kegiatan pembelajaran yang telah saya lakukan
dan selalu melihat dari sisi positif setiap saran dan kritik, dan inovatif
dalam melaksanakan pembelajaran, namun masih perlu pengembangan dalam melaksanakan
pembelajaran yang berpusat pada murid.
4.
Diantara
nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan?
jelaskan!
Diantara
nilai-nilai yang sudah saya pelajari, yang saya perlu kuatkan adalah nilai
kolaboratif dan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dalam masa pandemi
covid-19 ini perlu adanya kolaborasi antara guru dan orang tua siswa dalam
proses pembelajaran yang dilaksanakan di rumah melalui moda daring guna
mewujudkan program pembelajaran jarak jauh. Dengan kesadaran pentingnya
kolaborasi guru, orang tua dan siswa maka akan menciptakan kerja sama yang baik
untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan. Kerja sama, saling melengkapi dan
memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitas, batasan dan ranah masing-masing
maka diharapkan tercipta kenyamanan dan semangat siswa dalam belajar walaupun
hanya di rumah dan jarak jauh, sehingga hal ini menjadi modal utama untuk
mewujudkan kesuksesan bersama. Selama ini di dalam pembelajaran masih
jarang ditanyakan bagaimana pandangan anak terkait suatu hal. Pembelajaran
yang dilakukan selama ini cenderung sikap guru memaksa murid tanpa bertanya
sesuai dengan kesiapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Namun,
seyogyanya seorang guru memberi kebebasan kepada murid untuk membangun sendiri
pengetahuannya dan mengkonstruksi sendiri pemahamannya dalam materi.
5.
Apa
yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak?
Yang
saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak adalah adanya
perasaan senang, bersyukur dan bangga, karena bisa menjadi bagian dari guru
hebat yang akan melakukan transformasi pendidikan. Selain itu saya
memiliki semangat yang kuat untuk selalu berinovasi untuk mewujudkan
kepemimpinan pada murid dalam belajar.
6.
Apa
yang bisa saya lakukan (khusus untuk diri saya) untuk menguatkan peran dan
nilai Guru Penggerak?
Yang
bisa saya lakukan untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak adalah dengan
menambah pengetahuan melalui literasi digital, meningkatkan komitmen yang kuat
untuk berinovasi, berkarya, dan bergerak serta menggerakkan komunitas agar
termotivasi untuk mengembangkan dirinya. Aktif melakukan perubahan-perubahan
dalam berinovasi dan berani mengambil resiko, membangun ruang kolaborasi dengan
teman-teman guru/ rekan sejawat yang lain, memperbanyak berdikusi dan
merefleksi diri agar kita mampu berinovasi, memperbanyak belajar membangun
kemampuan sehingga mampu merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan diri,
memotivasi diri dan melakukan evaluasi.
7.
Apa
yang akan menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak dalam
diri saya?
Yang
menjadi faktor penghambat bagi saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru
Penggerak adalah kurangnya dukungan dan respon positif dari kepala sekolah
maupun dari guru serta dukungan dari orang tua murid untuk mewujudkan konsep Merdeka
Belajar. Karena dengan dukungannya dalam merespon setiap gagasan gagasan yang
baik demi kemajuan sekolah, maka program guru penggerak akan terlaksana dengan
baik pula. Selain itu, masih belum memadainya sarana dan prasarana
sekolah yang dapat menunjang proses pembelajaran yang berkualitas dalam
mewujudkan program-program yang telah direncanakan.