Senin, 27 September 2021

1.3.a.7.1. Demonstrasi Kontekstual - Menerapkan Inkuiri Apresiatif_Risdani

 

PRAKARSA

PERUBAHAN

MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA MURID

TAHAPAN

PERTANYAAN

DAFTAR TINDAKAN YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN

B-uat pertanyaan (Define)

1.       Bagaimana suasana pembelajaran di dalam kelas?

2.       Apa yang menyebabkan murid kurang termotivasi mengikuti pembelajaran?

3.      Bagaimana menjalin interaksi belajar antar murid dan dengan guru?

 

1.  Menganalisis suasana proses pembelajaran.

2.  Mengidentifikasi penyebab kurangnya motivasi belajar siswa.

3. Menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat melibatkan murid aktif dalam berinteraksi dengan murid lain dan guru.

 

A-mbil pelajaran (Discover)

1.       Bagaimana peran guru dalam mengefektifkan proses pembelajaran?

2.       Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di dalam dan di luar kelas?

3.      Seperti apa dukungan yang diberikan kepala sekolah dan guru terhadap proses pembelajaran?

 

1.  Berkolaborasi dengan rekan guru terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.

2.  Menyiapkan media-media pembelajaran yang variatif untuk digunakan di dalam dan di luar kelas.

3. Kepala sekolah melakukan supervisi terhadap proses pembelajaran dan umpan balik dari rekan guru.

 

G-ali mimpi (Dream)

1.   Langkah apa yang dapat ditempuh untuk meningkatkan motivasi belajar murid?

2.  Bagaimana bentuk bimbingan yang diberikan apabila terdapat murid yang belum merespon dengan baik tindakan yang diberikan?

 

 

 

1.  Membantu para murid untuk mandiri dalam belajar.

2.  Mendorong motivasi murid untuk belajar.

3. Menanamkan nilai-nilai karakter murid di sekolah.

J-abarkan rencana (Design)

1.   Seperti apa perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan?

2.  Siapa saja yang dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang berpusat pada murid?

3.  Hal positif apa yang bisa diambil dari kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid?

 

1.   Merancang aktifitas-aktifitas belajar berpusat pada murid yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik-karakteristik murid serta menerapkan pembelajaran kooperatif/kelompok.

2.  Melibatkan kepala sekolah sebagai supervisor, meminta umpan balik dari guru lain, berkolaborasi dengan Pengawas dalam hal pembinaan.

3.  Murid dapat berpartisipasi secara aktif, memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan memecahkan masalahnya sendiri.

 

A-tur eksekusi (Deliver)

1.   Siapa yang akan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada murid?

2.  Apa indikator keberhasilan dari kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid?

 

1.  Yang akan memonitor dan mengevaluasi kegiatan tersebut adalah Dinas Pendidikan setempat, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, rekan guru, Komite sekolah, Orang tua murid, dan CGP itu sendiri.

2.  Murid memiliki kepribadian yang berkarakter, aktif, kreatif, dan berprestasi, Suasana pembelajaran yang menyenangkan, dan terciptanya kolaborasi yang kuat dengan pemangku kepentingan.

 


PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA GURU

PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA MURID

Murid sebagai objek Belajar

Murid sebagai subjek belajar

Guru Sebagai sumber ilmu utama

Guru sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran

Siswa diberi materi pelajaran

 

Siswa bertanggungjawab atas pembelajarannya

Murid kurang mampu mengapresiasi ilmu pengetahuan, takut berpendapat, tidak berani mencoba dan miskin kreativitas

Siswa berpartisipasi secara aktif, memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri.


Jumat, 24 September 2021

1.3.A.6. REFLEKSI TERBIMBING - VISI GURU PENGGERAK

Setelah melalui 3 pembelajaran sebelumnya, kami membuat refleksi individu 4P atas proses kolaborasi yang telah kami lakukan bersama anggota kelompok yang lain di Pembelajaran 3 dalam menyelesaikan tugas pembuatan pemetaan kekuatan dari setiap aset yang dimiliki. Dengan menggunakan poin-poin panduan (4P) yang disajikan di setiap halaman, kami berusaha menyusun refleksi secara individu. Adapun poin-poin panduan (4P) tersebut adalah sebagai berikut:

1)    Peristiwa: Peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi dalam diskusi?

2)    Perasaan: Perasaan apa yang muncul saat proses pembelajaran?

3)    Pembelajaran: Pembelajaran apa saja yang diperoleh melalui peta kekuatan?

4)    Perubahan: Jika saya ingin membuat perubahan dengan konsep inkuiri apresiatif;

a.    Apa saja yang perlu saya pelajari lebih lanjut?

b.    Apa saja strategi yang dilakukan untuk melaksanakan perubahan?

Dari pertanyaan pada poin-poin panduan di atas, saya mencoba merefleksikan kembali proses pembelajaran yang telah dilalui dan mengambil pembelajaran dari proses kolaborasi. Mudah-mudahan dengan mengetahui aset-aset atau kekuatan yang ada dalam diri saya dan dari luar diri, dapat mewujudkan Visi, impian dan keinginan saya sebagai guru penggerak.

Diskusi kali ini terkait pemetaan kekuatan dapat menambah pengalaman belajar saya bahwa di luar sana banyak sumber-sumber kekuatan yang dapat mendukung tercapainya visi guru penggerak yang saya inginkan.

Saya merasakan adanya semangat belajar, belajar, dan belajar dan perasaan senang serta bangga berada diantara teman-teman CGP yang begitu luar biasa membagi pengalaman dan wawasan akan adanya aset-aset pendukung selain aset utama sebagai CGP dan murid itu sendiri.

Melalui peta kekuatan, kita dapat membuat perencanaan yang lebih matang karena disesuaikan dengan kekuatan yang dimiliki serta mengetahui dengan siapa saja kita bisa bekerjasama mewujudkan visi kita sebagai.

Untuk membuat perubahan dengan konsep inkuiri apresiatif, saya akan mempelajari bentuk implementasi model BAGJA dalam manajemen perubahan yang mengadopsi konsep inkuiri apresiatif dalam pelaksanaannya. Adapun strategi yang akan saya lakukan untuk melaksanakan perubahan adalah dengan menerapkan model BAGJA yaitu: (a) memulai dengan membuat daftar pertanyaan terkait perubahan yang akan dilakukan, (b) mengambil pelajaran dari praktik baik yang pernah dilakukan orang lain, (c) membuat gambaran dari apa yang diimpikan termasuk di dalamnya gambaran keadaan setelah impian itu tercapai, (d) membuat perencanaan dengan membuat capaian yang realistis dan target capaian berikutnya secara berkala, membuat jadwal serta papan pengumuman untuk mengingatkan program yang akan dilaksanakan, (e) menentukan pihak-pihak yang akan dilibatkan kemudian menjalin kolaborasi yang baik dengan mereka serta membuat alur pelaksanaan perubahan. Alhamdulillah, semoga dengan refleksi diri ini menjadi bahan kajian dalam melakukan perubahan di ekosistem sekolah.

 

Sabtu, 18 September 2021

Jurnal Refleksi Minggu Ke-5

 Jurnal Refleksi Mingguan_Minggu Kee-5

MODEL 3: SIX THINKING HATS (TEKNIK 6 TOPI)

1. FACTS

Nilai dan peran guru penggerak selaras dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid yang menjiwai guru penggerak dalam memainkan perannya tentunya akan menghadirkan guru yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Adanya keinginan untuk menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid memerlukan perubahan yang melibatkan seluruh warga sekolah. Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Sebagai Calon Guru Penggerak, saya senantiasa terus berlatih mengelola diri sendiri sambil  berupaya menggerakkan rekan guru lain untuk menjalani proses perubahan bersama-sama demi terwujudnya visi sekolah.

2. FEELINGS

Mempelajari materi tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak serta Visi Guru Penggerak, saya merasakan adanya semangat baru dan keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan pola pikir yang positif untuk mewujudkan sekolah yang ramah, aman, nyaman dan bermakna bagi murid.

3. BENEFITS

Hal positif yang bisa diambil dari materi pada minggu ini adalah keterlibatan berbagai pihak dalam hal ini Kepala Sekolah, Orang Tua Murid, Guru, dan Pemangku Kepentingan untuk mewujudkan visi sekolah sekaligus visi guru penggerak akan menambah semangat dan motivasi Guru Penggerak sesuai dengan perannya dalam melakukan perubahan, baik perubahan di kelas maupun perubahan di sekolah.

4. CAUTIONS

Kendala atau hambatan atau resiko dari penerapan manajemen pendekatan perubahan Inkuiri Apresiatif (IA) adalah masih kurangnya pemahaman dan dorongan dari kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah untuk melakukan reformasi Budaya Sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Karena untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. Hal ini berarti butuh partisipasi dari semua warga sekolah. 

5. CREATIFITY

Menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif serta mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mewujudkan visi sekolah adalah melalui Program 5K, yaitu Kebebasan dalam belajar, Kolaborasi, Kreativitas IMTAQ dan IPTEK, Keterlibatan orang tua atau masyarakat serta Kebersihan Lingkungan. Kebebasan dalam belajar diartikan bahwa peserta didik dapat belajar di mana saja tanpa terikat tempat, kapan saja tanpa terikat oleh waktu dan dengan siapa saja tanpa harus dari guru.

6. PROCESS

Sebagai guru, kita memerlukan sebuah visi yang jelas menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan pada murid kita. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan terus membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.

Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (IA).

Untuk melaksanakan IA diperlukan sebuah strategi. Strategi itu dikenal dengan akronim BAGJA, yakni Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi. Perubahan yang diharapkan terntu saja harus tetap mempedomani filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Bahwa pendidik hanya berperan sebagai penuntun murid menuju kodrat alam dan kodrat zaman. Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, guru hanya bisa menuntun tumbuhnya kodrat tersebut. Jadi jelaslah bahwa IA merupakan pendekatan utama yang harus diimplementasikan guru menuju perubahan yang dicita-citakan dengan menyentuh peran strategis pemangku kepentingan di sekolah.


 


Jumat, 17 September 2021

 1. Apa saja yang menurut Anda menjadi informasi utama dalam bacaan dan video yang disajikan?

BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pembelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi), merupakan terjemahan bebas yang diadaptasi dari model 5D (define, discover, dream, design, deliver), suatu metode tentang tangga perubahan bertahap yang menyerupai gerak melingkar spiral, mulai dari tahap penetapan, pencarian/penemuan, membangun mimpi, rancangan dan implementasi/eksekusi. 

Tahapan-tahapan Inkuiri Apresiatif Bagja yaitu: (1) Buat pertanyaan (define) pada tahap ini melihat dan mendefinisikan suatu masalah dengan mencari solusi yang telah ada, (2) Ambil pembelajaran (discover), melihat dan mengidentifikasi suatu proses yang sudah dan sedang berjalan dengan baik, memperkuat yang bekerja, focus pada hal-hal positif yang menjadikannya hidup dan yang terbaik, (3) Gali mimpi (dream) pada tahap ini melihat gambaran ke masa depan, dari proses tersebut dipilih mimpi/gambaran yang mungkin bekerja dengan baik di masa yang akan datang, karena keberhasilan masa lalu digunakan sebagai titik beranjak dalam menggambarkan suatu kondisi ideal yang dikehendaki terjadi di masa depan, (4) Jabarkan rencana (design) berarti merencanakan dan memprioritaskan proses-proses yang mungkin bekerja dengan baik untuk masa depan yang dirancang secara mengesankan, (5) Atur eksekusi  (deliver) implementasi dari rancangan (design) yang diajukan tersebut, diimplementasikan kedalam tindakan nyata yang merujuk pada kompetensi dan pengalaman yang pernah dilakukan. Pandangan logis menunjukkan, jika sesuatu beranjak dari ‘eksisting’ pengalaman yang dimiliki, dapat membangkitkan rasa percaya diri komunitas tersebut. Maka impian menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi (destiny). Pendekatan ini tidak terfokus pada masalah yang sedang dihadapi akan tetapi pada kekuatan yang bisa dilihat dalam memecahkan masalah tersebut. Pendekatan ini melihat kapasitas masa lalu dan masa depan tentang; prestasi, asset, potensial yang belum tereksplor, inovasi, kekuatan, pikiran mendalam, kesempatan, momen-momen penting, nilai kehidupan, tradisi, kemampuan strategis, riwayat, ekspresi kebijaksanaan, dan visi dari suatu nilai dan masa depan yang mungkin terjadi.

  • Informasi apa yang paling dapat membantu Anda dalam peran sebagai guru penggerak kelak?
Inti dari inkuiri apresiatif terletak pada ‘seni mengajukan pertanyaan’ yakni bagaimana melihat kemungkinan masa depan dengan dasar yang kuat yaitu pengalaman terbaik dan hubungan positif subjek (seseorang, organisasi, komunitas) terhadapnya. Inkuiri apresiatif (appreciative inquiry) bekerja dengan asumsi bahwa lingkungan ini tercipta untuk mendukung sistem kehidupan dan selalu tersedia kapasitas yang sedang berjalan dengan baik. Strategi pembelajaran tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan dan mendikte anak-anak atas kehendak pendidik. Namun, Strategi pembelajaran yang baik adalah strategi yang memerdekakan, menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna dan proses pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk mendengarkan pertanyaan atau pandangan siswa. 

Refleksi Mandiri Modul 1.3.a.4. Eksplorasi Konsep - Visi Guru Penggerak

 “Pernahkah Anda bermimpi tinggi dan memulai mewujudkannya dari kekuatan pribadi yang Anda miliki?”.

Mengawali pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar, saya punya keinginan yang kuat untuk membahagiakan kedua orang tua. Belajar, Bekerja, dan Berdoa adalah tahapan-tahapan yang saya lalui selama menempuh pendidikan mulai dari Sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ucapan yang terlontar dari beberapa guru, "Nak, Bahagiakan orang tuamu, jadilah orang yang berguna bagi Bangsa dan Negara", menjadi motivasi bagi saya untuk selalu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diajarkan oleh guru dan orang tua.

Memasuki bangku SMP merupakan masa-masa yang penuh sulit dan penuh tantangan bagi saya setelah kedua orang tua telah tiada. Sempat terbersit dalam pikiran saya, apakah impian yang saya idam-idamkan sejak kecil akan terwujud?. Namun, saya percaya bahwa Tuhan senantiasa memberikan jalan yang terbaik bagi hamba-Nya yang selalu sabar dan tawakkal kepada-Nya. Alhamdulillah, berkat dorongan, motivasi, dan saran dari keluarga menjadi penyemangat bagi saya untuk selalu berpikir positif dan mengubah tantangan hidup menjadi sebuah harapan besar yaitu menjadi orang yang sukses.

Lulus dari SMK pada tahun 2003, saya kembali dihadapkan pada pilihan, “Kuliah atau Bekerja”. Namun, saya yakin dan percaya bahwa di tengah keraguan, kebimbangan, dan kebingungan yang saya alami pasti ada jalan keluarnya. Kita hanya perlu terus berusaha dengan cara yang tidak menyimpang, berdoa kepada Allah SWT, dan ikhlas dalam menjalani kehidupan. Di tahun yang sama, saya diterima di Perguruan Tinggi dengan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Hal ini menjadikan saya semakin sadar bahwa Allah SWT  Maha Adil dan Pemberi Petunjuk atas hamba-Nya. Allah SWT memberikan saya jalan yang terbaik bahwa kelak nanti saya akan menjadi seorang guru.

Selepas dari Pendidikan Guru SD pada tahun 2005, saya mengabdikan diri sebagai Guru honorer selama 3 tahun sebelum diangkat menjadi PNS tahun 2009. Saya memang bukan siapa-siapa dan belum apa-apa saat itu. Namun satu hal yang sudah tertanam dalam benak saya adalah saya ingin selalu memulai, memulai menjadi yang terbaik dan berguna bagi orang lain, terutama bagi keluarga dengan menjadi diri sendiri dan percaya bahwa saya memiliki potensi di dalam diri saya untuk melangkah maju. Saya yakin bahwa semua orang pada dasarnya memiliki kemampuan yang sama, namun yang membedakan adalah apakah setiap orang bisa melihat potensi pada dirinya. Keyakinan ini terus tumbuh dan telah mengantarkan saya menjadi seseorang yang memiliki daya saing dan mampu mewujudkan impian dan harapan guru-guru dan orang tua saya sewaktu masih duduk dibangku Sekolah Dasar.

Dalam menjalani profesi sebagai guru, begitu banyak pengalaman yang berarti. Saya menyadari, bahwa menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah karena dibalik keinginan untuk menjadikan peserta didik yang cerdas, ada pula tanggung jawab untuk mewujudkan peserta didik yang berkarakter, kreatif, dan mandiri, karena kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain.

Dari pengalaman-pengalaman ini sejak awal hingga sekarang, saya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena saya dapat menemukan jalan saya sendiri, melakukan apa yang saya sukai dengan cara saya sendiri dan tentunya tetap menjadi diri sendiri. Satu hal yang dapat saya petik dari semua pengalaman ini adalah jika kita punya impian maka targetkanlah. Jika Tuhan belum menakdirkan impian itu untuk kita, maka belajar dan bersabarlah.

Salam Guru Penggerak

Kamis, 16 September 2021

Prinsip-Prinsip Universal Design For Learning

 

Center for Applied Special Technology (CAST) menjelaskan kerangka UDL melalui tiga prinsip berikut:

1) Multiple means of engagement Menyediakan berbagai cara keterlibatan untuk mendukung pembelajaran afektif (yaitu, mengapa kita belajar): Mempertimbangkan bagaimana melibatkan peserta didik guna merangsang minat dan memotivasi dalam belajar melalui kegiatan seperti pembelajaran kolaboratif, permainan dan simulasi, nyata dan virtual. 

2) Multiple means of representation Menyediakan berbagai sarana yang representatif untuk mendukung cara kita memberikan makna pada pembelajaran (menyediakan konten melalui berbagai cara, seperti diskusi, bacaan, teks digital, dan presentasi multimedia)

3) Multiple means of action and expression Menyediakan berbagai cara yaitu berupa tindakan dan ekspresi sebagai upaya dalam mendukung cara belajar yang strategis (yaitu, bagaimana kita belajar): Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan pemahaman mereka dalam berbagai cara seperti melalui tes atau makalah, melalui seni, presentasi multimedia, dan rekaman digital. 

Minggu, 12 September 2021

1.2.A.10.2. JURNAL REFLEKSI - MINGGU 4

 Model 9: Gaya Round Robin

1)     Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?

2)     Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?

3)     Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan.

 

Setelah pembelajaran ini, saya memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru terkait peran dan nilai-nilai guru penggerak. Tugas seorang guru, bukan hanya mendidik, mengajar dan melatih serta membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tetapi juga memberikan stimulus kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran, berinteraksi dengan siswa, dan berperan sebagai seorang yang memberi jiwa dan mengilhami siswa.   Nilai-nilai guru penggerak yang saya kuasai meliputi mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Dengan nilai-nilai tersebut, saya sebagai seorang guru penggerak mampu mengemban peran menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru yang lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan pada murid. Kemauan diri untuk terus belajar, berkolaborasi bersama rekan-rekan yang sehati, dan selalu mencoba berinovasi untuk menantang kekuatan diri, merenung dan merefleksi tiap langkah yang telah saya lewati juga menjadi bekal diri saya untuk mencapai keberpihakan kepada anak. Dengan tujuan kemanusiaan itulah saya mencoba memberikan kesempatan kepada anak untuk merdeka belajar. Belajar menjadi sesuatu hal yang menyenangkan dan bermakna di kelas maupun di luar kelas. Membuat setiap momen belajar adalah sebuah permainan yang penuh tantangan.

Beberapa hal yang masih perlu saya kembangkan terkait hubungan antara emosi, cara kerja otak dan pembentukan nilai-nilai dalam diri seorang guru. Dalam hal ini, saya ingin menguasai lebih dalam lagi tentang peran saya sebagai guru penggerak ketika berinteraksi atau berkolaborasi dengan teman-teman guru di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam komunitas sekolah, terdapat guru-guru yang terdiri dari berbagai macam karakter seperti ”guru yang tahu dan dia tahu kalau dirinya tahu”, ”guru yang tidak tahu dan tahu kalau dirinya tidak tahu”, “guru yang tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya tahu”, dan ”guru yang tidak tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu”. Terkadang kita menemukan seorang guru yang tidak tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu, dimana dalam berkolaborasi, bekerjasama, bermusyawarah, atau pun berdiskusi dengan guru tersebut, seakan-akan dia melihat dirinya sebagai seorang yang hebat, tidak mau menerima pandangan orang lain, dan tidak tahu dengan kekurangan yang ada dalam dirinya. Inilah point penting bagi saya untuk bagaimana mengontrol emosi saya supaya guru yang demikian memiliki kesadaran akan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan misi kemanusiaan untuk menumbuhkan kodrat dan memuliakan anak bangsa. Untuk mengatasi hasil tersebut, hal yang bisa saya lakukan adalah terus bergerak, kemudian bergerak bersama dan menggerakkan ekosistem sekolah bahwa ada kekuatan yang harus saya sadari, saya miliki, dan terus saya tumbuhkan dalam diri.  

Satu hal yang masih ada dipikiran saya saat ini adalah bagaimana nilai-nilai yang saya miliki dapat tumbuh secara konsisten di suatu lingkungan atau sekolah. Sebagai contoh, sering kita mendengar anak mengatakan pada orang tuanya, “Ma, Pa, kata Bu guru/ Pak guru begini bukan begitu”. Ini menunjukkan bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam membentuk pola pikir dan karakter anak, namun hal ini pun bukanlah sesuatu yang mudah tercapai tanpa ada usaha yang dilakukan. Untuk menjadi ‘Bapak dan Ibu’ guru seperti dalam ilustrasi di atas butuh keteladanan dan konsistensi perilaku yang patut diteladani. Disisi lain, orang tua terkadang memiliki kesalahan dalam pengasuhan anak di rumah sehingga berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik dan mempengaruhi kecerdasan emosi anak seperti orang tua yang kurang meluangkan waktu untuk anak, bersikap kasar secara verbal, misalnya, menyindir anak, mengecilkan anak dan berkata kata kasar, orang tua terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini. Hal ini menjadi pemikiran saya sebagai guru penggerak ketika mendapati anak yang memperoleh perlakuan berbeda antara di rumah dengan di sekolah. Namun, meskipun demikian saya akan selalu menjadi guru yang selalu memberikan contoh yang baik, konsisten dalam menerapkan perilaku yang bermartabat, dan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan berpihak pada siswa.

 

Salam Guru Penggerak

Guru Bergerak Indonesia Maju

Kamis, 09 September 2021

1.2.a.7. DEMONSTRASI KONTEKSTUAL - NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

 GURU SEPERTI APAKAH SAYA?


Nilai-nilai apa yang saya kuasai di masa depan?



MENGAPA NILAI-NILAI ITU PENTING???

Nilai-nilai guru penggerak sangatlah penting untuk dimiliki untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang merupakan tujuan Merdeka Belajar. Dengan memiliki nilai kemandirian, kita sebagai guru bebas dari eksploitasi orang lain dalam bentuk apapun. Kita merdeka menentukan arah dan tindakan pembelajaran, bebas dari intervensi dan merdeka untuk berinovasi. Guru yang memiliki kemampuan reflektif maka ia akan mampu menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Strategi pembelajaran akan lebih terarah dan tepat guna jika dilakukan oleh guru yang memiliki kemampuan reflektif. Ketika guru berhasil mengevaluasi dirinya sendiri maka ia juga mampu mengembangkan perbaikan diri secara terus menerus. Ia akan terus belajar untuk mendapatkan hasil terbaik dari seluruh proses yang pernah dilakukan. Guru dengan kemampuan reflektif akan berpikir seribu kali dalam melakukan sebuah tindakan. Ia akan memproses secara matang terkait efek yang ditimbulkan akibat perbuatannya. Oleh karena itu, guru dengan kemampuan reflektif dapat menjadi teladan bagi siswa karena ia adalah seseorang yang berhati-hati dalam bertindak. Seorang guru penggerak juga perlu memiliki nilai inovatif karena dengan adanya inovasi pembelajaran maka guru akan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis, penuh semangat, dan penuh tantangan. Suasana pembelajaran seperti itu dapat mempermudah peserta didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat menanamkan nilai-nilai luhur yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Peserta didik dengan berbagai macam karakter yang berbeda-beda akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu, perlu adanya kolaborasi yang kuat antara orang tua, guru, dan peserta didik itu sendiri. Dengan berkolaborasi akan membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mempermudah proses pembelajaran sehingga apapun bentuk pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru akan tetap dapat diterima oleh siswa dengan bantuan dan kerjasama orang tua. Keberpihakan pada murid dalam pembelajaran juga sangat penting karena mereka akan menemukan jati dirinya melalui tuntunan seorang guru penggerak dengan mengembangkan potensi yang dimilki dan setiap pembelajaran yang diperoleh akan menjadi lebih bermakna.

Rabu, 08 September 2021

1.2.A.6. REFLEKSI TERBIMBING - NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

 1.    Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada bagian mulai dari diri)


Salah satu nilai yang ada pada diri saya yaitu sikap kemandirian. Sejak kecil orang tua sudah mengajarkan bagaimana menjadi orang yang mandiri. Melaksanakan pekerjaan di rumah seperti mencuci pakaian, menyapu, menyiapkan perlengkapan sekolah, dan belajar sendiri. Orang tua berpesan bahwa jika ingin menjadi orang sukses maka tanamkan dalam diri kamu untuk selalu menyelesaikan atau mengerjakan pekerjaan atau tugas tanpa menunggu perintah dari orang lain sepanjang itu berguna dan bermanfaat untuk diri kamu dan orang lain. Pesan ini menjadi motivasi bagi saya untuk selalu berperilaku mandiri jika berada di rumah sebagai anggota keluarga, di sekolah sebagai pelajar, dan di lingkungan sebagai anggota masyarakat. Sikap mandiri ini semakin tumbuh pada diri saya sejak ibu meninggal dunia ketika saya masih duduk dibangku kelas 5 SD sedangkan Bapak masih terbaring sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Berselang dua tahun berikutnya, Bapak juga meninggal dunia yang pada saat itu saya masih duduk dibangku kelas 1 SMP. Hidup tanpa orang tua bukan halangan bagi saya untuk terus tumbuh menjadi anak yang mandiri. Ketiadaan kedua orang tua tidak lantas menjadikan saya menjadi anak yang lemah serta mudah putus asa. Sebaliknya, ini justru menjadi tumpuan semangat bagi saya agar senantiasa memberikan yang terbaik untuk orang-orang di sekitar.

Sepeninggal orang tua, saya memberanikan diri untuk mencoba hal-hal baru dan menggali potensi dalam diri saya. Mengapa? Karena menurut saya hal ini merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap diri saya dan belajar menghargai, memahami, serta menerima diri sendiri kedepannya sehingga dapat menimbulkan rasa bahagia dan bangga pada diri sendiri meskipun hidup tanpa kasih sayang  dan bimbingan dari orang tua.

2.    Apa yang saya rasakan setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak? Jelaskan!

Setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak, saya merasakan adanya kesempatan untuk menggali lebih dalam lagi nilai-nilai sebagai seorang guru penggerak yakni mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif, dan perpusat pada murid. Dengan berbekalkan kemandirian dan inovatif dalam mencoba hal-hal baru, saya semakin yakin dan percaya bahwa dengan sikap yang mandiri dari seorang guru akan menciptakan kesadaran untuk tidak mudah menyerah menghadapi tantangan serta tidak mudah menyalahkan orang lain dan keadaan. Saya merasa bahwa nilai mandiri juga perlu didukung dengan nilai reflektif dari seorang guru penggerak karena kita harus berani meminta umpan balik secara aktif dan menilai diri sendiri dengan objektif. Mencoba hal-hal baru dan berkolaboratif dengan teman sejawat, kepala sekolah dan orang tua murid menjadi perilaku yang memotivasi saya untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada murid, aktif, efektif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.

3.    Apa saja nilai diri Guru Penggerak yang sudah saya miliki sekarang? 

Guru yang bernilai adalah mereka yang telah menjadi teladan bagi sesama terutama para peserta didik. Peserta didik akan merasakan pendidikan yang sejati ketika mereka telah menganggap bahwa guru mereka telah menjadi bagian dari hidup dan keberhasilan mereka. Karena itu mereka akan menganggap bahwa guru sebagai seseorang yang bernilai bagi hidup mereka. Saat ini, nilai-nilai Guru Penggerak yang saya miliki yaitu menjadi pribadi yang mandiri dalam menginisiasi dan berkreatif menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, berkolaboratif dengan guru lain, kepala sekolah, dan orang tua siswa, reflektif terhadap kegiatan pembelajaran yang telah saya lakukan dan selalu melihat dari sisi positif setiap saran dan kritik, dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran, namun masih perlu pengembangan dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid.  

4.    Diantara nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan? jelaskan!

Diantara nilai-nilai yang sudah saya pelajari, yang saya perlu kuatkan adalah nilai kolaboratif dan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dalam masa pandemi covid-19 ini perlu adanya kolaborasi antara guru dan orang tua siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di rumah melalui moda daring guna mewujudkan program pembelajaran jarak jauh. Dengan kesadaran pentingnya kolaborasi guru, orang tua dan siswa maka akan menciptakan kerja sama yang baik untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan. Kerja sama, saling melengkapi dan memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitas, batasan dan ranah masing-masing maka diharapkan tercipta kenyamanan dan semangat siswa dalam belajar walaupun hanya di rumah dan jarak jauh, sehingga hal ini menjadi modal utama untuk mewujudkan kesuksesan bersama. Selama ini di dalam pembelajaran masih jarang ditanyakan bagaimana pandangan anak terkait suatu hal.  Pembelajaran yang dilakukan selama ini cenderung sikap guru memaksa murid tanpa bertanya sesuai dengan kesiapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Namun, seyogyanya seorang guru memberi kebebasan  kepada murid untuk membangun sendiri pengetahuannya dan mengkonstruksi sendiri pemahamannya dalam materi.

5.    Apa yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak?

Yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak adalah adanya perasaan senang, bersyukur dan bangga, karena bisa menjadi bagian dari guru hebat yang akan melakukan transformasi pendidikan. Selain itu saya memiliki semangat yang kuat untuk selalu berinovasi untuk mewujudkan kepemimpinan pada murid dalam belajar.

6.    Apa yang bisa saya lakukan (khusus untuk diri saya) untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak?

Yang bisa saya lakukan untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak adalah dengan menambah pengetahuan melalui literasi digital, meningkatkan komitmen yang kuat untuk berinovasi, berkarya, dan bergerak serta menggerakkan komunitas agar termotivasi untuk mengembangkan dirinya. Aktif melakukan perubahan-perubahan dalam berinovasi dan berani mengambil resiko, membangun ruang kolaborasi dengan teman-teman guru/ rekan sejawat yang lain, memperbanyak berdikusi dan merefleksi diri agar kita mampu berinovasi, memperbanyak belajar membangun kemampuan sehingga mampu merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan diri, memotivasi diri dan melakukan evaluasi.

7.    Apa yang akan menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak dalam diri saya?

Yang menjadi faktor penghambat bagi saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak adalah kurangnya dukungan dan respon positif dari kepala sekolah maupun dari guru serta dukungan dari orang tua murid untuk mewujudkan konsep Merdeka Belajar. Karena dengan dukungannya dalam merespon setiap gagasan gagasan yang baik demi kemajuan sekolah, maka program guru penggerak akan terlaksana dengan baik pula. Selain itu, masih belum memadainya sarana dan prasarana sekolah yang dapat menunjang proses pembelajaran yang berkualitas dalam mewujudkan program-program yang telah direncanakan.