Jurnal Refleksi Mingguan_Minggu Kee-5
MODEL 3: SIX THINKING HATS (TEKNIK 6 TOPI)
1. FACTS
Nilai dan peran guru penggerak selaras dengan filosofi Ki
Hajar Dewantara. Nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak
pada murid yang menjiwai guru penggerak dalam memainkan perannya tentunya akan
menghadirkan guru yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Adanya
keinginan untuk menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna
bagi murid memerlukan perubahan yang melibatkan seluruh warga sekolah.
Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah membutuhkan waktu dan
bersifat bertahap. Sebagai Calon Guru Penggerak, saya senantiasa terus berlatih
mengelola diri sendiri sambil berupaya
menggerakkan rekan guru lain untuk menjalani proses perubahan bersama-sama demi
terwujudnya visi sekolah.
2. FEELINGS
Mempelajari materi tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak serta Visi Guru Penggerak, saya merasakan adanya semangat baru dan keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan pola pikir yang positif untuk mewujudkan sekolah yang ramah, aman, nyaman dan bermakna bagi murid.
3. BENEFITS
Hal positif yang bisa diambil dari materi pada minggu ini adalah keterlibatan berbagai pihak dalam hal ini Kepala Sekolah, Orang Tua Murid, Guru, dan Pemangku Kepentingan untuk mewujudkan visi sekolah sekaligus visi guru penggerak akan menambah semangat dan motivasi Guru Penggerak sesuai dengan perannya dalam melakukan perubahan, baik perubahan di kelas maupun perubahan di sekolah.
4. CAUTIONS
Kendala atau hambatan atau resiko dari penerapan manajemen pendekatan perubahan Inkuiri Apresiatif (IA) adalah masih kurangnya pemahaman dan dorongan dari kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah untuk melakukan reformasi Budaya Sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Karena untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. Hal ini berarti butuh partisipasi dari semua warga sekolah.
5. CREATIFITY
Menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif serta mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mewujudkan visi sekolah adalah melalui Program 5K, yaitu Kebebasan dalam belajar, Kolaborasi, Kreativitas IMTAQ dan IPTEK, Keterlibatan orang tua atau masyarakat serta Kebersihan Lingkungan. Kebebasan dalam belajar diartikan bahwa peserta didik dapat belajar di mana saja tanpa terikat tempat, kapan saja tanpa terikat oleh waktu dan dengan siapa saja tanpa harus dari guru.
6. PROCESS
Sebagai guru, kita memerlukan sebuah visi yang jelas
menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita
berikan pada murid kita. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan terus
membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan
kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang
berkesinambungan.
Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan,
baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan
tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen
pendekatan perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (IA).
Untuk melaksanakan IA diperlukan sebuah
strategi. Strategi itu dikenal dengan akronim BAGJA,
yakni Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana,
dan Atur eksekusi. Perubahan yang diharapkan terntu saja harus
tetap mempedomani filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Bahwa pendidik
hanya berperan sebagai penuntun murid menuju kodrat alam dan kodrat zaman.
Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, guru hanya bisa menuntun
tumbuhnya kodrat tersebut. Jadi jelaslah bahwa IA merupakan pendekatan
utama yang harus diimplementasikan guru menuju perubahan yang dicita-citakan
dengan menyentuh peran strategis pemangku kepentingan di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar