Minggu, 12 September 2021

1.2.A.10.2. JURNAL REFLEKSI - MINGGU 4

 Model 9: Gaya Round Robin

1)     Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?

2)     Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?

3)     Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan.

 

Setelah pembelajaran ini, saya memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru terkait peran dan nilai-nilai guru penggerak. Tugas seorang guru, bukan hanya mendidik, mengajar dan melatih serta membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tetapi juga memberikan stimulus kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran, berinteraksi dengan siswa, dan berperan sebagai seorang yang memberi jiwa dan mengilhami siswa.   Nilai-nilai guru penggerak yang saya kuasai meliputi mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Dengan nilai-nilai tersebut, saya sebagai seorang guru penggerak mampu mengemban peran menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru yang lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan pada murid. Kemauan diri untuk terus belajar, berkolaborasi bersama rekan-rekan yang sehati, dan selalu mencoba berinovasi untuk menantang kekuatan diri, merenung dan merefleksi tiap langkah yang telah saya lewati juga menjadi bekal diri saya untuk mencapai keberpihakan kepada anak. Dengan tujuan kemanusiaan itulah saya mencoba memberikan kesempatan kepada anak untuk merdeka belajar. Belajar menjadi sesuatu hal yang menyenangkan dan bermakna di kelas maupun di luar kelas. Membuat setiap momen belajar adalah sebuah permainan yang penuh tantangan.

Beberapa hal yang masih perlu saya kembangkan terkait hubungan antara emosi, cara kerja otak dan pembentukan nilai-nilai dalam diri seorang guru. Dalam hal ini, saya ingin menguasai lebih dalam lagi tentang peran saya sebagai guru penggerak ketika berinteraksi atau berkolaborasi dengan teman-teman guru di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam komunitas sekolah, terdapat guru-guru yang terdiri dari berbagai macam karakter seperti ”guru yang tahu dan dia tahu kalau dirinya tahu”, ”guru yang tidak tahu dan tahu kalau dirinya tidak tahu”, “guru yang tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya tahu”, dan ”guru yang tidak tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu”. Terkadang kita menemukan seorang guru yang tidak tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu, dimana dalam berkolaborasi, bekerjasama, bermusyawarah, atau pun berdiskusi dengan guru tersebut, seakan-akan dia melihat dirinya sebagai seorang yang hebat, tidak mau menerima pandangan orang lain, dan tidak tahu dengan kekurangan yang ada dalam dirinya. Inilah point penting bagi saya untuk bagaimana mengontrol emosi saya supaya guru yang demikian memiliki kesadaran akan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan misi kemanusiaan untuk menumbuhkan kodrat dan memuliakan anak bangsa. Untuk mengatasi hasil tersebut, hal yang bisa saya lakukan adalah terus bergerak, kemudian bergerak bersama dan menggerakkan ekosistem sekolah bahwa ada kekuatan yang harus saya sadari, saya miliki, dan terus saya tumbuhkan dalam diri.  

Satu hal yang masih ada dipikiran saya saat ini adalah bagaimana nilai-nilai yang saya miliki dapat tumbuh secara konsisten di suatu lingkungan atau sekolah. Sebagai contoh, sering kita mendengar anak mengatakan pada orang tuanya, “Ma, Pa, kata Bu guru/ Pak guru begini bukan begitu”. Ini menunjukkan bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam membentuk pola pikir dan karakter anak, namun hal ini pun bukanlah sesuatu yang mudah tercapai tanpa ada usaha yang dilakukan. Untuk menjadi ‘Bapak dan Ibu’ guru seperti dalam ilustrasi di atas butuh keteladanan dan konsistensi perilaku yang patut diteladani. Disisi lain, orang tua terkadang memiliki kesalahan dalam pengasuhan anak di rumah sehingga berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik dan mempengaruhi kecerdasan emosi anak seperti orang tua yang kurang meluangkan waktu untuk anak, bersikap kasar secara verbal, misalnya, menyindir anak, mengecilkan anak dan berkata kata kasar, orang tua terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini. Hal ini menjadi pemikiran saya sebagai guru penggerak ketika mendapati anak yang memperoleh perlakuan berbeda antara di rumah dengan di sekolah. Namun, meskipun demikian saya akan selalu menjadi guru yang selalu memberikan contoh yang baik, konsisten dalam menerapkan perilaku yang bermartabat, dan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan berpihak pada siswa.

 

Salam Guru Penggerak

Guru Bergerak Indonesia Maju

Tidak ada komentar: