Model 9: Gaya Round Robin
1) Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?
2) Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
3) Apa hal yang masih membingungkan Anda dari
pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut
membingungkan.
Setelah pembelajaran ini, saya memperoleh pengetahuan dan
pengalaman baru terkait peran dan nilai-nilai guru penggerak. Tugas seorang
guru, bukan hanya mendidik, mengajar dan melatih serta membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tetapi juga memberikan stimulus
kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran, berinteraksi dengan
siswa, dan berperan sebagai seorang yang memberi jiwa dan mengilhami
siswa. Nilai-nilai guru penggerak yang saya kuasai meliputi
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.
Dengan nilai-nilai tersebut, saya sebagai seorang guru penggerak mampu
mengemban peran menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi,
menjadi coach bagi guru yang lain, mendorong kolaborasi antar guru,
dan mewujudkan kepemimpinan pada murid. Kemauan diri untuk terus belajar,
berkolaborasi bersama rekan-rekan yang sehati, dan selalu mencoba berinovasi
untuk menantang kekuatan diri, merenung dan merefleksi tiap langkah yang telah
saya lewati juga menjadi bekal diri saya untuk mencapai keberpihakan kepada
anak. Dengan tujuan kemanusiaan itulah saya mencoba memberikan kesempatan
kepada anak untuk merdeka belajar. Belajar menjadi sesuatu hal yang
menyenangkan dan bermakna di kelas maupun di luar kelas. Membuat setiap momen
belajar adalah sebuah permainan yang penuh tantangan.
Beberapa hal yang masih perlu saya kembangkan terkait hubungan
antara emosi, cara kerja otak dan pembentukan nilai-nilai dalam diri seorang
guru. Dalam hal ini, saya ingin menguasai lebih dalam lagi tentang peran saya
sebagai guru penggerak ketika berinteraksi atau berkolaborasi dengan
teman-teman guru di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam komunitas
sekolah, terdapat guru-guru yang terdiri dari berbagai macam karakter seperti ”guru
yang tahu dan dia tahu kalau dirinya tahu”, ”guru yang tidak tahu dan tahu
kalau dirinya tidak tahu”, “guru yang tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya
tahu”, dan ”guru yang tidak tahu tetapi dia tidak tahu kalau dirinya tidak
tahu”. Terkadang kita menemukan seorang guru yang tidak tahu tetapi dia tidak
tahu kalau dirinya tidak tahu, dimana dalam berkolaborasi, bekerjasama,
bermusyawarah, atau pun berdiskusi dengan guru tersebut, seakan-akan dia melihat
dirinya sebagai seorang yang hebat, tidak mau menerima pandangan orang lain,
dan tidak tahu dengan kekurangan yang ada dalam dirinya. Inilah point penting
bagi saya untuk bagaimana mengontrol emosi saya supaya guru yang demikian
memiliki kesadaran akan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan misi
kemanusiaan untuk menumbuhkan kodrat dan memuliakan anak bangsa. Untuk
mengatasi hasil tersebut, hal yang bisa saya lakukan adalah terus bergerak,
kemudian bergerak bersama dan menggerakkan ekosistem sekolah bahwa ada kekuatan
yang harus saya sadari, saya miliki, dan terus saya tumbuhkan dalam diri.
Satu hal yang masih ada dipikiran saya saat ini adalah bagaimana
nilai-nilai yang saya miliki dapat tumbuh secara konsisten di suatu lingkungan
atau sekolah. Sebagai contoh, sering kita mendengar anak mengatakan pada orang
tuanya, “Ma, Pa, kata Bu guru/ Pak guru begini bukan begitu”. Ini menunjukkan
bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam membentuk pola pikir dan karakter
anak, namun hal ini pun bukanlah sesuatu yang mudah tercapai tanpa ada usaha
yang dilakukan. Untuk menjadi ‘Bapak dan Ibu’ guru seperti dalam ilustrasi di atas
butuh keteladanan dan konsistensi perilaku yang patut diteladani. Disisi lain,
orang tua terkadang memiliki kesalahan dalam pengasuhan anak di rumah sehingga berakibat
pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik dan mempengaruhi kecerdasan
emosi anak seperti orang tua yang kurang meluangkan waktu untuk anak, bersikap
kasar secara verbal, misalnya, menyindir anak, mengecilkan anak dan berkata
kata kasar, orang tua terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif
secara dini. Hal ini menjadi pemikiran saya sebagai guru penggerak ketika
mendapati anak yang memperoleh perlakuan berbeda antara di rumah dengan di
sekolah. Namun, meskipun demikian saya akan selalu menjadi guru yang selalu
memberikan contoh yang baik, konsisten dalam menerapkan perilaku yang
bermartabat, dan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan berpihak pada
siswa.
Salam Guru Penggerak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar